Kampanye Gerakan Cuci Tangan Pakai Sabun


Read more!

Bertempat di Lapangan Parkir Stadion Mandala Krida Sabtu, 21 Juli 2007 diadakan kegiatan kampanye Gerakan Cuci Tangan Pakai Sabun, merupakan rangkaian kegiatan HAN di Yogyakarta Acara kegiatan ini dimulai sekitar pukul 08.30 dengan diikuti peserta 600 siswa Sekolah Dasar (SD) dengan didampingi oleh guru dan para orang tua masing – masing siswa. Mereka merupakan perwakilan dari 5 kabupaten di DIY yang meliputi Kabupaten Bantul, Gunungkidul, Kulon Progo, Sleman dan Kota Yogyakarta. Mereka semuanya bertujuan untuk mengkampanyekan gerakan cuci tangan pakai sabun yang dirasa saat ini perlu karena banyaknya kasus penyakit diare yang menyerang anak-anak bahkan dewasa. Bahkan saat ini sampai terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB). Melihat kondisi itulah Dinas Pandidikan DIY bekerjasama dengan UNICEF Indonesia, Dinas Kesehatan DIY, ESP-USAID, John Hopkins University – Center For Communication Program (JHU – SSP) dan Intenational Relief dan Development (IRD). Mengadakan kegiatan kampanye gerakan cuci tangan pakai sabun yang diharapkan nantinya akan menyadarkan masyarakat tentang pentingnya cuci tangan, apalagi pakai sabun yang dapat membunuh kuman penyakit diare.
Tampak hadir para tamu undangan sekaligus tamu kehormatan antara lain: Kepala Dinas Pendidikan DIY, Drs. Sugito Msi, Dinas Kesehatan DIY, Dr. Bondan Agus Suryanto SE.MA, I Made Sutama (Chief Field Office-UNICEF Central Java) dan jajaran pemda DIY. Acara kampanye gerakan cuci tangan pakai sabun dimulai dengan tampilnya Marching Band, “Gema Caraka Baskara” dimainkan oleh anak-anak dari SD Muhammadiyah 3 Wirobrajan dengan mengenakan seragam hijau-hijau yang tampak berkilauan. Selanjutnya laporan kegiatan acara yang disampaikan ketua panitia acara bahwa program perilaku hidup bersih dan sehat perlu dimulai dengan langkah awal dari kesadaran diri sendiri serta dukungan dari banyak pihak salah satunya dukungan nyata pemerintah dan kepedulian masyarakat tentang arti kesehatan yang benar-benar dimengerti oleh masyarakat umumnya dan anak sekolah pada khususnya salah satunya dengan gerakan cuci tangan pakai sabun.
Harapan dengan diselenggarakan kampanye gerakan cuci tangan pakai sabun meningkatnya pendidikan dan kesadaran masyarakat pola hidup sehat salah satunya dengan mencuci tangan pakai sabun dan terbiasa dengan pemakaian sabun setiap cuci tangan. Terselenggaranya acara kampanye ini tidak lepas dari biaya yang diberikan UNICEF Indonesia dan kerjasama antara Dinas Pendidikan dengan Dinas Kesehatan Provinsi DIY. I Made Sutama (Chief Field Office-UNICEF Central Java) menyatakan pentingnya cuci tangan menggunakan sabun. Dengan mencuci tangan pakai sabun maka akan mencegah penyakit diare dan membunuh kuman-kuman penyebab sakit diare. Studi tentang pengetahuan perilaku dan kebiasaan yang dilaksanakan IRD tahun 2007 di Yogyakarta hanya 27 persen anak-anak mencuci tangan pada jam istirahat di sekolah. Penelitian mengungkapkan 45 persen cuci tangan penggunaan sabun tangan menjadi bersih dari kuman, apabila dilakukan secara benar penelitian lain mengungkapkan 50 persen mencuci tangan pakai sabun mencegah penyakit pernafasan pada anak-anak di bawah lima tahun (Balita). Dan cara yang benar mencuci tangan pakai sabun adalah dengan mengunakan air yang mengalir. Dengan pengunaan air yang mengalir maka kuman akan terbuang dan air akan sampai di sela-sela jari sehingga kuman yang ada di sela-sela jari akan terbawa air jatuh. Apalagi dengan menggunakan sabun kuman akan mati dan tidak berbahaya lagi. Namun itu semua diperlukan dukungan pemerintah dikarenakan berdasar penelitian hanya 55 persen sekolah ada fasilitas cuci tangan, dan hanya 9 persen sekolah yang menyediakan sabun untuk mencuci tangan bagi anak-anak.
Maka perlunya pembangunan sarana dan prasarana serta sanitasi pembuatan tempat mencuci tangan di lingkungan sekolah mengutamakan kesehatan dan kebersihan. Dan hal itu juga perlu kesadaran dari pihak sekolah, karena percuma adanya fasilitas tidak membuat sadar lingkungan sekolah untuk selalu cuci tangan pakai sabun, sebagai salah satu langkah nyata dalam menjaga kesehatan. Kesemuanya itu untuk menyelamatkan kehidupan dan masa depan merupakan peran utama Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan Indonesia Pada umumnya dan Yogyakarta Pada Khususnya.Saat ini di DIY terdapat 294.511 siswa SD bila tahun ini 600 diantaranya sudah terlibat dalam kampanye cuci pakai sabun berarti 0,2 persen dari sasaran sosialisasi kegiatan ini, untuk itu perlu diselenggarakan kegiatan serupa pada waktu-waktu akan datang. Demikian peryataan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DIY, Drs Sugito Msi saat menyampaikan sambutannya
Selanjutnya sambutan sekaligus pembukaan acara kampanye kegiatan cuci tangan pakai sabun oleh Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Paduka Paku Alam IX, intinya dengan kampanye kegiatan gerakan cuci tangan pakai sabun diharapkan dapat menyadarkan masyarakat bahwa pentingnya cuci tangan mengunakan sabun dan salah satu upaya meningkatkan kesehatan bagi masyarakat pada umumnya dan anak sekolah pada khususnya. Dari kegiatan ini, Pemda DIY melaksanakan Kampanye Nasional cuci tangan pakai sabun sebagai upaya meningkatkan derajat masyarakat melalui peningkatan perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat. Kampanye ini dilaksanakan dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat 2010, sebagai salah satu Program Pembangunan Manusia Indonesia. Dengan di dampingi Kepala Dinas Pendidikan DIY, Drs. Sugito Msi, Kepala Dinas Kesehatan DIY, Dr. Bondan Agus Suryanto SE.MA, dan I Made Sutama (Chief Field Office-UNICEF Central Java) Sri Paduka Paku Alam IX membuka acara secara simbolik dengan melepaskan burung dara sejumlah kurang lebih 50 ekor.
Setelah itu acara dilanjutkan kegiatan inti dengan mencuci tangan secara massal seluruh peserta perwakilan dari 5 Sekolah Dasar Kabupaten baik itu Sleman, Gunungkidul, Bantul, Kulon Progo dan Kota Yogyakarta menuju ke tengah lapangan menuju ke tempat cuci tangan yang telah disediakan panitia. Dimulai dari Kabupaten Gunungkidul dengan ember yang berwarna kuning, kemudian Kota Yogyakarta ember warna putih, Kabupaten Bantul ember warna merah muda, Kabupaten Kulon Progo ember warna biru tua, dan terakhir Kabupaten Sleman ember warna biru muda. Dengan serempak para anak-anak didampingi orang tua secara bergantian mencuci tangan mereka dengan sabun. Kemudian setelah selesai mencuci tangan dengan sabun acara dilanjutkan dengan unjuk kebolehan antara lain: musik, pidato dan puisi yang dibawakan oleh anak-anak SD.


Tim SIM Dinas Pendidikan Provinsi DIY
Juli 2007

Labels:

AKU ANAK INDONESIA, SEJATI, MANDIRI DAN KREATIF.


Read more!

Taman Pintar 21 Juli 2007


Kegiatan Hari Anak Indonesia yang bertepatan pada tanggal 23 Juli 2007, akan diselenggarakan berbagai macam kegiatan, kegiatan-kegiatan ini pada intinya adalah menyiapan generasi penerus bangsa dalam rangka peningkatan kwalitas dan daya kreatif yang mulai didorong dan diperkenalkan pada usia dini ( prasekolah ) hingga kepada tingkatan SMA.

Rangkaian kegiatan Hari Anak Nasional di Provinsi Yogyakarta pada tahun ini , akan dipusatkan di Wates Kabupaten Kulon Progo pada tanggal 2 Agustus 2007, namun rangkaian kegiatan tersebut telah berjalan sejak tanggal 14 Juli yang lalu untuk tingkat kabupaten/kota dengan melibatkan para pendidik usia dini, orangtua, dan tentunya anak-anak itu sendiri sebagai subyek utama yang ingin dibentuk dan ditanamkan kepeduliannya atas diri dan lingkungannya dalam meningkatkan sifat-sifat positip .

Pada kesempatan peringatan HAN di Kota Yogya, dengan mengambil tempat momumental di Taman Pintar, Walikota Jogja Herry Zudianto yang sekaligus meresmikan launching 620 PAUD ( Pendidikan Anak Usia Dini ), dengan mengambil tema “ Aku Anak Indonesia, Sejati, Mandiri dan Kreatif “. Pada pidato peresmiannya, berpesan kepada anak–anak untuk terus meningkatkan diri dan prestasi dengan bimbingan orangtua agar menjadi anak yang cerdas dan beriman serta berbudi luhur, dinamis, kreatis dan inovatif. pada akhir pidato sambutannya beliau menekankan tekad pemerintah Jogja untuk menjadikan Taman Pintar sebagai wahana pembelajaran bagi anak-anak dan menjadikannya sebagai salah satu Icon kota Jogja dalam menambah daya tarik dunia pariwisata melalui anak-anak.

Selain itu beliau juga menaruh harapan yang besar agar anak mulai belajar, Niteni (memperhatikan dengan teliti), Niroke(mencontoh yang baik dan bermanfaat), lan Nambahake (mengembangkan dan berkreasi) yang merupakan anjuran dari Ki Hajar Dewantara serta menghimbau kepedulian orangtua agar selalu membimbing dan menyiapkan anak-anak dalam menghantarkan anak-anak untuk mencapai cita-citanya.

Pada kesempatan itu pula ditandai dengan pelepasan balon keudara serta penyerahan buku praktis PAUD kepada wakil dari paud kecamatan Demangan oleh Ketua penggerak PKK sebagai simbol resminya kegiatan hari anak nasional di kota Yogya. Dalam pesan singkatnya walikota disela-sela penyerahan buku tersebut, menghimbau untuk ibu-ibu dan bapak-bapak membaca buku panduan tersebut secata cermat dan mengimplementasikannya dalam pola pendidikan putra-putrinya. Selanjutnya acara yang bernuasa anak-anak dengan segala keceria dan tingkah polahnya dimulai dengan ditandai serangkaian pentas musik dan seni, diawali dengan essamble musik dari TK & Kelompok bermain Komimo asuhan Kak Seto, yang kemudian dilanjutkan tari kipas oleh TK Syuhada serta bermacam kreasi anak yang melibatkan anak dari Kelompok bermain hingga SMA.

Pada kesempatan itu panitya juga mengadakan kegiatan lomba menggambar untuk tingkat Taman Kanak-kanak, dan tidak lupa pula bahwa pada kesempatan kegiatan peringatan Hari Anak Nasional semua akses permainan di taman pintar dan digunakan anak-anak dengan gratis.

Selamat Hari Anak Nasional, sampai jumpa di Kulonprogo pada kegiatan yang sama ditingkat Provinsi.

Team SIM Diknas Provinsi DIY.

Labels:

PEMILIHAN KEPALA SEKOLAH DAN PENGAWAS SEKOLAH BERPRESTASI


Read more!

Pemilihan Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah Berprestasi merupakan kegiatan rutin yang diadakan oleh Dinas Pendidikan Propinsi DIY setiap tahunnya. Mekanisme pelaksanaan Pemilihan Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah Berprestasi di lakukukan secara berjenjang, mulai dari tingkat Kecamatan, Kabupaten/Kota, Propinsi sampai dengan Nasional.
Sekolah dianggap maju atau tidak dapat dinilai dari kinerja kepala sekolahnya, sehingga kepala sekolah memiliki peran yang penting dalam menentukan arah perkembangan sebuah sekolah, sedangkan pengawas sekolah sendiri, memiliki peran yang penting dalam mengatasi setiap konflik yang dihadapi oleh para guru di sekolah. Pendapat tersebut disampaikan oleh Drs. Sugito, M.Si selaku Kepala Dinas Pendidikan Propinsi DIY pada saat beliau mengisi sambutan dalam acara pembukaan Pemilihan Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah Berprestasi Tingkat Propinsi DIY Tahun 2007 yang diselenggarakan pada hari Kamis, tanggal 19 Juli 2007 di Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP).
Kegiatan Pemilihan Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah Berprestasi Tingkat Propinsi DIY Tahun 2007 ini, merupakan suatu wujud perhatian yang diberikan oleh pemerintah kepada para kepala sekolah dan pengawas sekolah untuk menghargai segala dedikasi kerja yang telah mereka berikan. Selain itu, dengan adanya kegiatan semacam ini diharapkan juga dapat menjadi motivasi bagi para kepala sekolah dan pengawas sekolah untuk selalu meningkatkan dedikasi kerja mereka dalam rangka menciptakan suasana sekolah yang sehat dan kondusif.
Peserta kegiatan Pemilihan Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah Berprestasi Tingkat Propinsi DIY Tahun 2007 diikuti oleh para kepala sekolah tingkat TK, SD, SMP, SMA, SMK dan para pengawas sekolah tingkat TK/SD, SMP, SMA/SMK dan PLB, yang sebelumnya telah terpilih sebagai Juara I dalam Pemilihan Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah Berprestasi Tingkat Kabupaten/Kota Tahun 2007. Jumlah kontingen kepala sekolah untuk tiap-tiap Kabupaten/Kota adalah 4 orang. Jadi, jumlah seluruh peserta kepala sekolah yang mengikuti Pemilihan Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah Berprestasi Tingkat Propinsi DIY Tahun 2007 ada 20 orang, sedangkan untuk peserta pengawas sekolah, jumlah kontingen tiap-tiap Kabupaten/kota tidak sama. Untuk kontingen dari Kabupaten Gunungkidul ada 3 orang, Kota Yogyakarta ada 2 orang, Kabupaten Bantul ada 2 orang, Kabupaten Kulon Progo ada 3 orang, Kabupaten Sleman ada 2 orang, dan ditambah 1 orang kontingen dari Pengawas PLB Dinas Pendidikan Propinsi DIY. Jadi, jumlah seluruh peserta pengawas sekolah yang mengikuti Pemilihan Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah Berprestasi Tingkat Propinsi DIY Tahun 2007 adalah 13 orang.
Di dalam proses Pemilihan Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah Berprestasi Tingkat Propinsi DIY Tahun 2007, para kepala sekolah dan pengawas sekolah tersebut harus menjalani beberapa tes yang diujikan. Tes ini berlangsung selama 3 hari, yaitu dari tanggal 19 s.d 21 Juli 2007. Kamis, tanggal 19 Juli 2007 adalah tes tertulis dan presentasi makalah. Materi tes tertulis yang diujikan adalah kemampuan Bahasa Inggris dan Kepribadian, sedangkan pada presentasi makalah, para peserta diminta untuk mempresentasikan makalah yang mereka buat sendiri dan isinya harus disesuaikan dengan bidang pekerjaan masing-masing. Tes hari kedua dilaksanakan Jum’at, tanggal 20 Juli 2007 adalah tes lisan untuk kemampuan Bahasa Inggris dan Kepribadian dan IT (berupa praktek kemampuan dalam mengoperasikan alat-alat teknologi). Tes ketiga dilaksanakan Sabtu, tanggal 21 Juli 2007 adalah Kompetensi Sosial, di mana para juri akan menilai kemampuan masing-masing peserta dalam bersosialisasi baik dalam lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat tempat mereka tinggal berdasarkan berkas-berkas portofolio, hasil observasi dan unjuk kerja.
Para juri yang bertugas untuk memberikan penilaian kepada para peserta yang mengikuti tes Pemilihan Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah Berprestasi Tingkat Propinsi DIY Tahun 2007, antara lain berasal dari kalangan Dosen UNY, Pejabat Dinas Pendidikan Propinsi DIY dan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP).
Dari hasil tes yang diujikan kepada para peserta tersebut nantinya akan dipilih kepala sekolah dan pengawas sekolah yang berhak untuk mendapatkan Juara I, II dan III. Masing-masing peserta yang berhasil menjadi juara akan diberikan penghargaan berupa Tropy dan Piagam dari Dinas Pendidikan Propinsi DIY yang ditandatangani oleh Gubernur DIY. Untuk peserta yang terpilih sebagai juara I akan dikirim ke Jakarta mewakili Propinsi DIY untuk mengikuti Pemilihan Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2007. Para kepala sekolah dan pengawas sekolah yang mewakili tiap-tiap propinsi yang ada di Indonesia tidak akan menjalani tes lagi dalam Pemilihan Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2007, tetapi akan langsung menerima penghargaan yang akan diserahkan pada waktu Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Merdeka tanggal 17 Agustus 2007, sedangkan bagi peserta yang terpilih sebagai Juara II dan III dalam Pemilihan Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah Berprestasi Tingkat Propinsi DIY Tahun 2007, penghargaan akan diserahkan pada saat Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 2007 yang bertempat di Dinas Pendidikan Propinsi DIY.

TIM SIM Dinas Pendidikan Propinsi DIY

Labels:

Mengatasi Kesulitan dan Ketidakberdayaan


Read more!

Tidak semua orang mampu dalam menghadapi berbagai masalah ataupun kesulitan dalam hidup. Sikap ketidakberdayaan sering kali dapat mempengaruhi seseorang untuk mengambil keputusan serta mengatasi kesulitan yang muncul. Menurut Paul G. Stoltz dalam bukunya Adversity Quotienty (AQ) menggolongkan sikap menghadapi kesulitan menjadi 3 macam. Mereka yang menganggap bahwa kesulitan itu bersifat menetap yang muncul dari diri sendiri (internal) dapat menyebabkan kegagalan dalam segala hal dan cenderung menderita di semua bidang kehidupan, sedangkan mereka yang menanggapi situasi-situasi sulit sebagai sesuatu yang eksternal (berasal dari) luar, menganggap kesulitan itu tidak akan terjadi selamanya, seorang yang demikian akan menikmati banyak manfaat, mulai dari kinerja sampai kesehatan.
Sikap AQ merupakan sikap menginternalisasi keyakinan yang harus ditumbuhkan dan dikembangkan melalui tahap-tahap proses untuk menumbuhkan sikap keyakinan serta berusaha memupuskan apa yang anda kerjakan tidak bermanfaat. Sebelum dikenal konsep AQ telah berkembang konsep Intelegent Quotieny (IQ) dan Emotional Quotienty (EQ). IQ merupakan kecerdasan yang terukur dan dipengaruhi oleh faktor keturunan, sedangkan EQ adalah cerminan kemampuan seseorang untuk memiliki sikap dan sifat berempati kepada orang lain, sosial dan peduli dalam mengendalikan dorongan hati, sadar diri, bertahan dan bergaul secara efektif dengan orang lain. Konsep AQ sendiri mempunyai arti suatu sikap atau kecerdasan menghadapi kesulitan atau hambatan. Inti dari konsep AQ menemukan apa yang sebenarnya membuat seseorang bisa bertahan dalam berbagai kesulitan hidup dan tantangan yang dialami.
Dicontohkan bagi mereka yang memilki tingkat AQ yang tinggi, beranggapan suatu kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda dan dengan sadar diri berusaha untuk tidak mengulangi kegagalan itu dan terus belajar dari pengalaman tersebut untuk menambah wawasan, konflik dengan seseorang yang dikasihi adalah kesalah pahaman bukan hancurnya hubungan. Sebaliknya mereka yang memiliki AQ yang rendah menganggap kegagalan akan selamanya terus terjadi dan menumbuhkan ketidakberdayaan untuk mengatasi kesulitan.
Perlunya membangkitkan dan mengembangkan sifat AQ dalam sikap seperti seorang “Pendaki” pantang menyerah sebelum sampai di puncak gunung yang tinggi. Dalam pengertian luas perumpaman seorang pendaki dapat digambarkan menggerakkan tujuan hidup seseorang ke depan, apapun tujuan itu, seperti: mendapatkan nilai yang tinggi dan bagus bagi seorang pelajar, mendapatkan pangsa pasar yang prospek bagi seorang pebisnis, memperbaiki hubungan relasi bagi seorang pengusaha, menjadi lebih mahir bagi seorang ahli dibidang apapun, menyelesaikan satu tahap pendidikan, membesarkan anak menjadi seorang bintang, mendekatkan diri kepada Tuhan atau memberikan kontribusi yang berarti bagi kehidupan.
Berikut ini 3 kelompok yang digolongkan Paul G. Stoltz yaitu kelompok Quitters, Campers, dan Climbers. Pada kelompok Quitters memiliki sikap yang amat negatif mereka menolak kesempatan, mengabaikan, menutupi atau meninggalkan dorongan inti manusiawi. Golongan ini menjadi memiliki sifat yang mudah putus asa, sinis dalam pandangan hidup, pemurung, dan mati perasaannya, pemarah dan frustasi, menyalahkan semua orang yang ada disekitarnya dan membenci orang yang berpotensi untuk maju dan berkembang. Dalam bekerja kelompok ini sekedar untuk hidup, memperlihatkan sedikit ambisi, semangat yang minim. Mutu di bawah standar, mengambil resiko sedikit mungkin, tidak kreatif kecuali saat menghindari tantangan yang besar.
Kelompok kedua adalah Campers, kelompok ini tidak mempergunakan seluruh kemampuannya untuk menggali potensi diri. Mereka hanya mempergunakan kemampuannya setengahnya saja, hanya mengerjakan agar dia tetap dipekerjakan saja. Golongan ini dalam bekerja tidak terlalu ambisius namun diatas standar jadi kelompok ini berada di tengah- tengah dan bisa mengendalikan diri dalam menghadapi kesulitan dan ketidakberdayaan.
Kelompok ketiga adalah Climbers, kelompok ini ingin membuktikan bahwa mereka mampu untuk selalu maju dan berkembang tanpa menghiraukan latar belakang, keuntungan, kerugian, nasib buruk atau nasib baik. Mereka adalah pemikir yang selalu memikirkan kemungkinan-kemungkinan, dan tidak pernah membiarkan umur, jenis kelamin, ras, cacat fisik, atau mental dan segala rintangan maupun hambatan lain menghalanginya. Untuk semua hal yang dikerjakan mereka memahami tujuan jangka panjang dan jangka pendek . Mereka membuat rencana-rencana dan tahap-tahapnya dengan matang dan cermat maka mereka merasakan kegembiraan sesungguhnya. Climbers tahu bahwa banyak imbalan datang dalam bentuk manfaat-manfaat jangka panjang, dan langkah-langkah kecil sekarang ini akan membawanya pada kemajuan-kemajuan lebih lanjut di kemudian hari. Mereka bisa memotivasi diri sendiri, memilki semangat tinggi, dan berjuang untuk mendapatkan yang terbaik, membaktikan diri pada pertumbuhan, belajar seumur hidup, perbaikan terus menerus, tidak berhenti pada gelar atau jabatan saja, tetapi terus belajar untuk dan tumbuh serta berkontribusi didalamnya.
Dengan pembagian kelompok-kelompok diatas dan dilengkapi dengan penjelasannya maka saatnya kita melihat menilai kita sendiri masuk kelompok yang mana apakah Quitters yang selalu berpikiran negatif, Campres yang tenang berada ditengah-tengah, atau Climbers yang selalu ingin maju dan berhasil itu semua kembali kepada kita yang menentukan dan mensikapinya dengan bijak.

Sumber: Bank dan Wirausaha
Oleh: H. Rahman Subagyo
(disarikan dari buku Adversity Quentity (AQ)
Oleh Paul G.Stoltz, Phd.
Tim SIM Dinas Pendidikan Propinsi DIY

Labels:

MENGHIDUPKAN TRADISI MENDONGENG DI ERA DIGITAL


Read more!

Di era digital seperti sekarang ini, sederet legenda dan cerita rakyat lebih dikenal oleh anak-anak lewat tayangan sinetron bahkan VCD, atau setidaknya anak mengenal dari paparan tekstual yang menghuni ruang-ruang pustaka. Seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat, tidak mengherankan lagi jika sebuah legenda atau cerita rakyat mampu ditampilkan dengan visualisasi yang memukau melalui media sinetron atau VCD tersebut, dan tentu saja jauh lebih menarik dibandingkan dengan visualisasi penceritaan legenda atau cerita rakyat dengan model penuturan dongeng atau mendongeng.
Setiap legenda atau cerita rakyat pasti selalu terkandung nilai-nilai luhur dan budi pekerti di dalamnya. Oleh karena itu, ada baiknya apabila cara yang digunakan dalam penceritaan sebuah legenda atau cerita rakyat juga mampu mengajak anak-anak untuk belajar menerapkan nilai-nilai luhur dan budi pekerti tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan cara penceritaan legenda atau cerita rakyat yang dikemas dalam bentuk sinetron atau VCD mampu menyuguhkan sebuah tampilan visualisasi yang memukau, sehingga diharapkan akan menggerakkan minat anak-anak untuk lebih menyukai legenda atau cerita rakyat. Tetapi, hal tersebut justru membuat anak-anak hanya tertarik untuk melihat tampilan visualisasi yang memukau saja, tanpa peduli dengan nilai-nilai luhur dan budi pekerti yang terkandung dalam sebuah legenda atau cerita rakyat yang ditontonnya, lagipula dengan cara penceritaan legenda atau cerita rakyat yang dikemas dalam bentuk sinetron atau VCD, komunikasi yang terjalin hanyalah satu arah sehingga dirasa kurang komunikatif untuk mengajak anak-anak untuk belajar menerapkan nilai-nilai luhur dan budi pekerti yang terkandung pada legenda atau cerita rakyat yang ditontonnya dalam kehidupan sehari-hari.
Berbeda apabila legenda atau cerita rakyat tersebut diceritakan dengan model penuturan dongeng atau mendongeng. Tradisi mendongeng sebagai cara bertutur dua arah atau two way communication dinilai Ketua Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMP) Propinsi DIY, Drs. Hadjar Pamadhi efektif menularkan nilai luhur dan budi pekerti terhadap anak yang bersifat komunikatif sekaligus interaktif. Namun agaknya kebiasaan mendongeng telah ditinggalkan oleh banyak orang sebagai tradisi di masyarakat. Padahal aktivitas tersebut sesungguhnya juga dirindui anak-anak zaman sekarang.
Sebagai salah satu upaya untuk menghidupkan kembali tradisi mendongeng, pada tanggal 19 Juli 2007 yang lalu telah diselenggarakan Lomba Mendongeng untuk Pelajar SMP se-DIY yang berlangsung di Badan Perpustakaan Daerah (Baperpusda) Propinsi DIY. Drs.Hadjar Pamadhi yang juga menjadi salah satu juri dalam lomba itu menyebutkan aktivitas mendongeng tidak mesti dipahami dalam konteks mengkomunikasikan dongeng, cerita rakyat dan sejenisnya sebagai materi. “Mendongeng adalah cara pembelajaran. Guru ataupun dosen pun dapat mengajarkan materi dengan cara dongeng agar lebih komunikatif. Matematika pun bisa didongengkan untuk menghindari cara penyampaian yang membosankan,” ujarnya.
Tradisi mendongeng sebagai cara mengkomunikasikan nilai-nilai luhur dan budi pekerti sangat bagus untuk digerakkan kembali, karena menjadi medium penyampai pesan yang efektif dan menyenangkan. Di sini anak-anak diajak untuk aktif, tak hanya mendengarkan namun juga berperan sebagai pendongeng,” papar koordinator lomba mendongeng, Dra Mulyati Yunipraptiwi, MSi.
Tradisi itu pun tak hanya digerakkan kembali di kalangan anak-anak, karena kedepannya nanti juga akan dilangsungkan lomba serupa bagi masyarakat umum, dengan maksud agar pewarisan budi pekerti lewat kebiasaan mendongeng bisa dihidupkan lagi di konteks keluarga, mengikatkan jalinan kehangatan antar anggotanya.


Sumber : BERNAS JOGJA, 21 Juli 2007, Hal. 4
TIM SIM Dinas Pendidikan Propinsi DIY

Labels:

MENYOROTI KOMPETENSI GURU


Read more!

Dalam UU NO. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Adanya keempat kompetensi guru yang dipersyaratkan bagi guru tersebut diatur pada pasal 8 dan 10. Pasal 8 berbunyi: “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Pasal 10 berbunyi: “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”.
Sebelum penulis menguraikan keempat kompetensi diatas yang hendaknya guru maupun dosen sebagai agen pembelajaran, terlebih dahulu akan dikemukakan konsep kompetensi. Piet A. Sehartian dan Ida Aleida Sahertian (1992:4) menyatakan kompetensi adalah kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan. Moh. Uzer Usman, (1995), mengemukakan kompetensi berarti suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif. Dari kedua pendapat diatas, Penulis dapat menuturkan bahwa kompetensi merupakan kemampuan atau kecakapan yang dimiliki seseorang berdasarkan keahlian masing-masing, oleh karena itu, yang dimaksud dengan kompetensi guru adalah kemampuan atau kecakapan yang secara normatif harus dimiliki guru sesuai dengan ketentuan yang dipersyaratkan sedemikian rupa sehingga mengindikasikan adanya profesionalitas yang secara signifikan dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan dalam UU mengenai guru dan dosen tersebut telah diuraikan secara jelas keempat kompetensi tersebut. Pertama, kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, dalam mengelola pembelajaran ini memang diperlukan kemampuan guru untuk mengintegrasikan ketrampilan dan pendekatan proses serta penerapan metode dan media pembelajaran secara sistemik sedemikian rupa sehingga materi yang disajikan kepada peserta didik dapat diserap secara menarik, menyenangkan dan mudah dipahami. Fenomena ini hendaknya disikapi secara positif oleh setiap guru dengan cara meningkatkan wawasan akademik dan ketrampilan mendidik/mengajar melalui MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) ataupun berbagai diklat, seminar, dan sebagainya. Misalnya, guru dapat memanfaatkan berbagai alat peraga dan metode yang mengacu pada prinsip pembelajaran CTL (Contextual Teaching Learning).
Kedua, kompetensi kepribadian. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Fenomena kompetensi ini memiliki makna yang secara esensial mengandung nilai transendental yang harus dimiliki guru secara imperatif dan integratif sedemikian rupa sehingga profesi guru hendaknya dipandang bukan sekedar pendidik/pengajar melainkan menjadi panutan/teladan. Implikasinya, kompetensi ini diharapkan signifikan dengan falsafah dan prinsip pendidikan yang dikemukakan KI Hajar Dewantara. Falsafah tersebut adalah Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan), Ing Madyo Mangun Karso (di tengah membangun prakarsa), dan Ing Ngarso Sung Tulodho (di depan memberi keteladanan). Oleh karena itu, setiap guru diharapkan menyikapi motto pendidikan tersebut bukan sekedar dimengerti saja melainkan dicoba merealisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang bermartabat dan berkeadaban.
Ketiga, kompetensi sosial. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Adanya persyaratan kompetensi ini memiliki konsekuensi yang sesuai dengan pandangan Notonegoro bahwa manusia merupakan makhluk sosial. Begitu juga dengan pandangan Aristoteles bahwa manusia merupakan:oon politicon (makhluk sosial). Oleh karena itu, hendaknya setiap guru dalam kapasitasnya sebagai makhluk sosial diharapkan memiliki kepedulian dan komunikasi yang interaktif baik dengan peserta didik, teman sejawat (sesama guru), orang tua wali peserta didik maupun masyarakat sekitarnya. Dengan demikian, seorang guru dalam kompetensi sosial ini tidak sekedar sebagai pendidik belaka melainkan juga diposisikan sebagai komunikator yang logik dan populis (merakyat).
Keempat, kompetensi profesional. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Menurut hemat penulis yang dimaksud dengan penguasaan secara luas adalah seorang guru seharusnya menguasai materi pembelajaran yang diampunya tidak hanya terbatas pada disiplin ilmunya belaka melainkan dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu merefleksikan interdisipliner yang integratif dengan disiplin ilmu lainnya. Penguasaan secara mendalam maksudnya bahwa seorang guru hendaknya dapat diharapkan secara optimal menguasai materi pembelajaran yang diampunya kearah keahlian di bidangnya.
Adanya persyaratan kompetensi ini menimbulkan konsekuensi logis bahwa ketika seorang guru menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam, maka akan berimplikasi yang positif terhadap daya serap peserta didik sedemikian rupa sehingga mereka akan mudah memahami materi pembelajaran secara kondusif. Diantara indikator bahwa seorang guru dapat menguasai materi pembelajaran dicerminkan pada pembuatan persiapan mengajar yang sistematis, menyajikan materi pembelajaran secara transformatif sedemikian rupa sehingga dapat membentuk sikap dan perilaku yang positif peserta didik terhadap materi pembelajaran serta dapat mengukur penguasaan materi pembelajaran terhadap peserta didik dalam format assesment (penilaian) yang rigid (tepat) dan sebagainya. Agar guru dapat memilki kemampuan profesional, maka dapat ditempuh berbagai cara diantaranya dengan melanjutkan studi sesuai dengan amanat UU ini melalui pendidikan profesi, mengoptimalkan pertemuan teman sejawat guru melalui MGMP, mengadakan kunjungan intelektual dalam format saresehan dengan nara sumber di bidangnya masing-masing, mengadakan penelitian tindakan ataupun mengikuti berbagai lomba karya tulis dan sebagainya.
Pada akhirnya, dengan mencermati amanat dalam UU organik tersebut, maka keempat kompetensi diatas dapat diperoleh guru melalui pendidikan profesi. Pertanyaannya adalah bagaimanakah formula kebijakan pemerintah mengenai penyelenggaraan pendidikan tersebut. Sampai saat ini tampaknya belum ada Peraturan Pemerintah sehingga diharapkan guru menyikapinyan secara antisipatif dengan memberdayakan dan mengoptimalkan kompetensinya masing-masing.

Sumber : Warta Guru Oktober 2006
Penulis: Trisna Widyana, M.Pd. (Guru SMA PIRI 1 Yogyakarta)

Labels:

Berbagai Kegiatan Departemen Pendidikan Nasional


Read more!

I. LOMBA MENULIS CERPEN BAHASA INDONESIA SMP – MTs
TINGKAT NASIONAL 30 Oktober – November 2007 di Jakarta

Latar Belakang
Era Globalisasi sarat kompetensi yang ditentukan kualitas sumber daya manusia. Bagi bangsa Indonesia siap atau tidak siap harus masuk di dalam era tersebut, hanya saja timbul pertanyaan “Siapkah kita memasuki arena yang sengit itu?, jikapun kita siap, mampukah kita memetik kesuksesan di arena itu?” Sebagai salah satu langkah kebijakan dalam menyiapkan sumber daya manusia, Departemen Pendidikan Nasional berusaha mengembangkan keterampilan berbahasa, dan keterampilan tersebut merupakan salah satu kecakapan hidup (life skills) yang ingin difasilitasi supaya dikuasai oleh siswa melalui pembelajaran di sekolah, dan berbagai kompetisi di bidang bahasa.
Dilihat dari fungsinya bahasa adalah alat untuk bertukar informasi dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam rangka memotivasi dan mendorong terciptanya proses tersebut, Departemen Pendidikan Nasional melalui Direktorat Pembinaan SMP mengembangkan suatu wahana untuk meningkatkan upaya-upaya ke arah peningkatan mutu yang kompetitif melalui kegiatan lomba-lomba di bidang kebahasaan.

Tujuan
Tujuan lomba menulis cerpen adalah untuk menciptakan kondisi kompetensi sehat antar sekolah untuk terus meningkatkan mutu pembelajaran bahasa, dan mendorong guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran bahasa serta memotivasi siswa untuk menguasai bahasa dan meningkatkan rasa percaya diri, sikap kompetitif, disiplin, dan kerja keras siswa.

Sasaran
Peserta WNI berstatus siswa SMP/MTs kelas VII, VIII, dan IX di seluruh Indonesia (pada tahun pelajaran 2007/2008 peserta harus masih berstatus sebagai siswa SMP-MTs).

Penghargaan bagi pemenang
Penghargaan ditentukan oleh sekolah, kabupaten/kota, dan provinsi masing-masing. Penghargaan bagi pemenang lomba tingkat nasional akan ditentukan kemudian. Penghargaan yang dimaksud hendaknya bersifat memfasilitasi pemenang untuk lebih berprestasi dalam bidang kebahasaan khususnya dan pendidikan pada umumnya.

Tema
Tema lomba menulis cerpen muatan lokal ini berkisar pada kehidupan bermasyarakat, yang mengungkapkan dan mempercakapkan nilai-nilai kehidupan tradisional (muatan lokal) seperti mitologi, legenda, fabel, kepercayaan, serta adat istiadat daerah/etnik setempat dengan “sentuhan baru” atau teknik penyajian yang khas.



Peryaratan Tulisan/ Karangan
1. Ditulis dalam Bahasa Indonesia,
2. Asli, bukan terjemahan/saduran, belum pernah dilombakan/dipublikasikan,
3. Isi tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 serta sesuai dengan tata nilai dan norma kehidupan dalam masyarakat,
4. Diketik rapi dalam kertas HVS ukuran kuarto/A4 dengan jarak baris 2 spasi sebanyak 1000 – 1200 kata atau 5 – 6 halaman,
5. Sampul karangan (cover) memuat: judul karangan, nama siswa, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir, kelas, sekolah, alamat sekolah (kode pos dan telepon), alamat rumah (kode pos dan telepon) cap sekolah, nama dan tanda tangan kepala sekolah yang bersangkutan.
6. Sekolah boleh mengirimkan tiga karangan terbaik,
Sesuai dengan jadwal yang ditetapkan oleh panitia.

Mekanisme
Lomba cipta cerpen ini dilaksanakan secara berjenjang: Tingkat sekolah > Tingkat Kabupaten/Kota> Tingkat Provinsi>Tingkat Nasional.
Tingkat Sekolah
Diikuti semua siswa guna memilih dua/tiga naskah terbaik untuk dikirim kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
Tingkat Kabupaten/ Kota
Diikuti wakil-wakil SMP – MTs guna memilih dua naskah terbaik untuk dikirim kepada Dinas Pendidikan Provinsi
Tingkat Provinsi
Diikuti oleh wakil-wakil dari kabupaten / kota guna memilih tiga naskah terbaik untuk dikirim kepada panitia nasional
Tingkat Nasional
Diikuti oleh wakil-wakil dari propinsi. Tiga orang wakil setiap propinsi akan diundang ke jakarta guna mengikuti seleksi. Lomba tingkat nasional akan memilih juara I, II, III, juara harapan I dan II.

Lain-lain
1. Panitia setiap jenjang/tingkat menetapkan tema/topik lomba.
2. Panitia menetapkan pemenang/peserta terbaikuntuk diikutsertakan pada jenjang berikutnya,
3. Panitia tingkat kabupaten/kota dan provinsi diberi kebebasan atau dapat melakukan pengujian orisinalitas isi cerita melalui tanya jawab dengan peserta/siswa.
4. Penitia tingkat nasional, selain melakukan pengujian orisinalitas isi cerita hasil tingkat provinsi, melalui tanya jawab, juga mengenai wawasan kedaerahan peserta/siswa,
5. Panitia membentuk dewan juri di semua tingkat untruk menilai dan menetapkan juara/peserta terbaik,
Panitia menerbitkan surat keputusan (SK) bagi pemenang lomba sesuai dengan berita acara yang ditetapkan oleh dewan juri.

Penilaian
Penilaian hasil lomba cerpen dilakukan dari segi tokoh/penokohan, alur, latar, bahasa, isi, kreativitas, kesesuaian isi dengan tema yang sudah ditetapkan.

II. LOMBA PENELITIAN ILMIAH REMAJA SMP – MTs Tahun 2007
TINGKAT NASIONAL 9 -13 Agustus 2007 di Jakarta

Pengertian
Karya Ilmiah Remaja merupakan tulisan yang berisi gagasan kreatif yang disusun secara komprehensif berdasarkan data akurat (terpercaya) dianalisis secara runtut, tajam, dan diakhiri dengan kesimpulan yang relevan. Karya Ilmiah Remaja yang dimaksud dapat berupa laporan hasil penelitian.

Ruang Lingkup
Ruang Lingkup LPIR 2007 adalah Pemanfaatan sumberdaya Alam dan Lingkungan dalam Pengembangan IPTEK untuk pembangunan yang berkesinambungan”. Tema ini bukanlah ‘judul penelitian’, namun dapat dikembangkan menjadi judul-judul penelitian.

Persyaratan Peserta
Persyaratan peserta lomba penelitian ilmiah remaja adalah sebagai berikut:
1. Berkewarganegaraan Indonesia
2. Terdaftar sebagai siswa SMP-MTs Negeri dan Swasta
3. Dapat berkelompok 2-3 orang atau perseorangan
4. Hanya diperkenankan untuk mengikuti satu bidang lomba
Belum pernah mempresentasikan karya tulis yang sama pada lomba lain.

Judul
Judul Penelitian ditentukan oleh peserta sesuai dengan bidang yang dipilih dengan uraian penjelasan materi penelitian

Materi
Materi yang dibahas sesuai dengan metode ilmiah dan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah. Karya tulis paling sedikit 15 halaman dan paling banyak 25 halaman termasuk lampiran, foto, gambar, gambar teknik, denah, grafik, angket dan lain-lain.
Karya tulis diketik dengan jarak satu setengah spasi menggunakan kertas HVS ukuran A4/kuarto atau ditulis tangan dengan jelas, rapi, dan dapat dibaca dengan menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar.

Sifat dan isi tulisan
Sifat dan isi tulisan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Kreatif dan obyektif
a. Tulisan berisi gagasan yang kreatif untuk mengatasi suatu permasalahan sederhana yang berkembang di masyarakat.
b. Tulisan tidak bersifat emosional atau tidak menonjolkan permasalahan subjektif.
c. Tulisan didukung oleh data/informasi yang dapat dipercaya
Bersifat asli (bukan jiplakan) dan menjauhi duplikasi.
2. Logis dan sistematis
a. Setiap langkah penulisan dirancang secara sistematis
b. Pada dasarnya karya tulis ilmiah memuat unsur-unsur identifikasi masalah, analisis sintesis, dan kesimpulan sedapat mungkin memuat saran-saran
Isi tulisan berdasarkan telaah pustaka dan hasil pengamatan/observasi atau wawancara

Ketentuan Lomba
1. Lomba dibuka sejak diumumkan dan semua karya tulis telah diterima oleh panitia selambat-lambatnya tanggal 23 Juli 2007
2. Peserta lomba adalah siswa yang masih terdaftar di SMP/MTs negeri maupun swasta di seluruh Indonesia yang disahkan dengan surat keterangan dari sekolah
3. Peserta lomba adalah perseorangan atau kelompok
4. Khusus bagi peserta kelompok yang terpilih sebagai finalis, hanya seorang (peneliti utama) yang diperkenankan/dipanggil sebagai wakil kelompoknya untuk mempresentasikan karya tulis yang dilombakan. Nama yang pertama disusun kelompoknya adalah sebagai peneliti utama dan piagam penghargaan diberikan hanya kepada finalis yang memresentasikan karya kelompoknya
5. Peserta lomba diwajibkan melampirkan riwayat hidup yang ditulis tangan dan diketahui oleh kepala sekolah, mencantumkan alamat sekolah yang dapat dihubungi dan nomor telepon/fax/email, serta ukuran pakaian
6. Karya tulis harus dari hasil penelitian dan pengamatan peserta
7. Karya tulis yang dikirimkan harus asli, disertai dua rangkap salinan/fotocopy dan belum pernah diikutsertakan dalam lomba ilmiah yang lain
8. Karya tulis peserta yang dilombakan dapat disebarluaskan oleh panitia melalui media massa
9. Karya tulis yang dilombakan dikirimkan ke alamat: Panitia Lomba Penelitian Ilmiah Remaja tahun 2007, Direktorat Pembinaan SMP, direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasiopnal, Gedung E lantai 17 Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta Pusat 10270
10. Pada pojok kiri sampul pengirim harus ditulis nama salah satu bidang yang diikuti: Bidang Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan, Bidang Pengetahuan Alam, atau bidang Teknologi, sesuai dengan bidang yang dipilih oleh peserta
11. Para finalis akan diundang ke Jakarta pada tanggal 13 Agustus 2007 untuk mengikuti tes wawancara/presentasi
12. Para finalis diwajibkan membawa foto ukuran 3x4 sebanyak 3 lembar (berwarna), fotocopy kartu pelajar dan surat keterangan dari kepala sekolah
13. Para finalis diwajibkan membawa materi peraga diatas karton manila atau lembaran transparan yang merupakan inti sari hasil penelitian serta membawa contoh hasil penelitian/alat peraga hasil ciptaan, untuk dipresentasikan di hadapan dewan juri. Pada saat presentasi, alat tersebut harusa dapat dioperasikan sesuai dengan fungsinya
14. Para finalis yang tidak hadir dalam tes wawancara/presentasi dinyatakan gugur sebagai finalis
Keputusan dewan juri tidak dapat diganggu gugat

Sistematika penulisan
Sistematika penulisan hendaknya berisi rancangan yang teratur sebagai berikut:

Bagian awal
1. Halaman Judul
a. Judul diketik dengan huruf kapital, hendaknya ekspresif, sesuai dan tepat dengan masalah yang ditulis dan tidak membuka peluang untuk penafsiran ganda
b. Nama penulis ditulis dengan jelas
Nama dan alamat sekolah SMP-MTs
2. Lembar pengesahan
a. Lembar pengesahan memuat judul dan nama penulis
b. Lembar pengesahan ditanda tangani oleh guru pembimbing dan kepala sekolah lengkap dengan stempel skolah
Lembar pengesahan diberi tanggal sesuai dengan tanggal pengesahan
3. Kata pengantar dari penulis
4. Daftar isi dan daftar lain yang diperlukan seperti daftar gambar, daftar tabel dan daftar
lampiran.

Bagian inti
1. Pendahuluan
a. Perumusan masalah yang mencakup latar belakang tentang alasan yang mengangkat masalah tersebut menjadi karya ilmiah dan penjelasan tentang makna penting serta menariknya masalah tersebut untuk ditelaah
b. Uraian singkat mengenai gagasan kreatif yang ingin disampaikan
c. Mengandung pertanyaan yang akan dijawab oleh penulis
Tujuan dan manfaat yang ingin dicapai melalui penulisan
2. Telaah pustaka
a. Uraian yang menunjukkan landasan teori dan konsep-konsep yang relevan dengan masalah yang dikaji
b. Uraian mengenai pendapat yang berkaitan dengan masalah yang dikaji
Uraian mengenai pemecahan masalah yang pernah dilakukan
3. Metode penulisan
Penulisan mengikuti metode yang benar dengan menguraikan secara cermat
cara/prosedur pengumpulan data dan informasi, analisis- sintesis, mengambil
kesimpulan dan merumuskan saran atau rekomendasi.
4. Bagian isi/Pembahasan
a. Analisis permasalahan didasarkan pada data dan informasi serta telaah pustaka untuk menghasilkan alternatif model pemecahan masalah atau gagasan kreatif
b. Kesimpulan harus konsisten dengan analisis permasalahan
Saran disampaikan berupa kemungkinan atau prediksi transfer gagasan dan adopsi teknologi

Bagian Akhir
1. Daftar pustaka
2. Daftar riwayat hidup (biodata atau curicullum vitae)
3. Lampiran
III. OLIMPIADE SAINS NASIONAL SMP – MTs 2007

Pendahuluan
Dalam rangka peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan nasional, pemerintah mengadakan kegiatan Olimpiade Sains Nasional. Kegiatan Olimpiade Sains merupakan salah satu sarana dalam upaya peningkatan mutu wajib belajar pendidikan dasar, disamping itu juga merupakan ajang untuk mencari bibit – bibit siswa berprestasi dalam bidang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) sebagai calon peserta pada Olimpiade MIPA tingkat Internasional.

Pengertian
Olimpiade Sains Nasional merupakan salah satu wahana bagi para siswa guna menumbuhkembangkan kompetensi akademik untuk mendorong keberanian bersaing secara sehat dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum Olimpiade Sains adalah untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran MIPA di SMP sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan.

2. Tujuan Khusus
a. Melihat standar mutu pembelajarn matematika dan ilmu pengetahuan alam SMP secara nasional,
b. Mengidentifikasi para siswa berprestasi di setiap kabupaten/kota, provinsi, dan nasional dalam bidang MIPA,
c. Memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi di bidang MIPA
d. Menumbuhkembangkan kemampuan siswa untuk berpikir sistematis, kreatif, dan inovatif sebagai bekal dalam kehidupan sehari-hari,
e. Membangkitkan minat siswa untuk mencintai dan memupuk kegemaran terhadap mata pelajaran MIPA,
f. Mananamkan sifat kompetitif yang sehat sejak dini,
Menanamkan kesadaran dan keberanian mencoba, belajar menerapkan secara langsung dan sekaligus bisa berprestasi secara optimal.

Sasaran
Peserta Olimpiade Sains Nasional adalah semua siswa SMP-MTs Negeri dan Swasta di seluruh Indonesia yang memenuhi persyaratan.

Hasil yang diharapkan
Hasil yang diharapkan dari kegiatan Olimpiade Sains Nasional adalah terpilihnya siswa-siswa terbaik yang menguasai bidang ilmu dasar (matematika, fisika dan biologi) pada jenjang SMP, sebagai embrio yang dipersiapkan untuk menjadi peserta Olimpiade bidang MIPA di tingkat internasional.


Persyaratan Peserta
Olimpiade Sains Nasional Tingkat SMP tahun 2007 terbuka bagi siswa yang memenuhi syarat-syarat sebagi berikut:
1. Peserta adalah siswa SMP-MTs kelas 1 atau kelas 2, pada tanggal 30 Desember 2007 masih berstatus siswa sekolah tersebut dibuktikan dengan keterangan kepala sekolah,
2. Berkewarganegaraan Indonesia
3. Memiliki nilai rapor serendah rendahnya 7 (Tujuh) untuk mata pelajaran yang akan diikuti dalam Olimpiade
4. Setiap siswa hanya boleh mengikuti satu jenis lomba
5. Dikirim oleh sekolah yang bersangkutan berdasarkan surat keterangan kepala sekolah
Berkelakuan baik dan tidak terlibat penyalahgunaan obat terlarang, minuman keras, merokok, yang dibuktikan dengan surat keterangan kepala sekolah.

Bentuk Kegiatan dan Materi Olimpiade
Dengan mekanisme sebagai berikut:
1. Untuk tingkat sekolah, mekanisme seleksi diserahkan kepada sekolah bersangkutan
2. Untuk tingkat kabupaten / kota dan provinsi dilakukan seleksi melalui tes tertulis (materi soal disiapkan oleh Direktorat Pembinaan SMP)
Untuk tingkat nasional dilakukan seleksi melalui tes tertulis dan praktik (materi soal, bahan dan peralatan praktik disiapkan oleh Direktorat Pembinaan SMP)

Tahap Pelaksanaan
Olimpiade dilaksanankan dalam 4 tahap yaitu:
Tahap I : tingkat sekolah
Tahap II : tingkat kabupaten/kota
Tahap III : tingkat provinsi
Tahap IV : tingkat nasional

Mata Pelajaran yang dilombakan
1. Matematika
2. Biologi
Fisika

Hadiah dan Penghargaan
Hadiah dan Penghargaan diberikan kepada juara peserta Olimpiade, guru yang membimbing, dan sekolah pengirim, sebagai motivasi untuk meningkatkan kegiatan belajar dan kegiatan lainnya di sekolah. Hadiah dan penghargaan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Hadiah dan Penghargaan pemenang tingkat kabupaten/kota, jenis dan pengadaan hadiah diserahkan sepenuhnya kepada PEMDA kabupaten/kota.dan
2. Hadiah dan penghargaan tingkat propinsi, jenis dan pengadaan hadiah diserahkan sepenuhnya kepada PEMDA Propinsi.
3. Hadiah dan penghargaan pemenang tingkat nasional:
a. Peraih Mendali Olimpiade Sains Nasional SMP Tahun 2007 akan diberikan hadiah sesuai denagn kategori mendali yang diperoleh
b. Hadiah dan penghargaan akan diberikan pimpinan Departemen Pendidikan Nasional
Jenis hadiah dan penghargaan ditentukan kemudian.

Waktu Pelaksanaan
No
Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Tempat Pelaksanaan
1
Tingkat Sekolah
Mei 2007
Sekolah
2
Tingkat Kabupaten/Kota
20 Juni 2007
Ibukota Kabupaten/Kota
3
Tingkat Propinsi
19 Juli 2007
Ibu Kota Propinsi
4
Tingkat Nasional
3 – 9 September 2007
Surabaya


IV. PORSENI III SMP – MTs Tahun 2007

Latar belakang
Pemerintah sebagai pengelola pendidikan telah berupaya keras dalam melaksanakan program-program peningkatan mutu pendidikan. Proses pembelajaran akan lebih efektif apabila ditunjang dengan kondisi kesehatan dan daya kreativitas siswa yang baik.
Kegiatan Pekan Olah Raga dan Seni (PORSENI) merupakan kegiatan lomba yang sudah sering dilaksanakan oleh sekolah. Kegiatan ini merupakan suatu wahana bagi siswa untuk mengimplementasikan hasil kegiatan pembelajaran dalam rangka meningkatkan kesehatan jasmani, seni, dan daya kreativitas. Untuk itu dipandang perlu direktorat Pembinaan SMP, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, Memprogramkan Kegiatan PORSENI yang akan diselenggarakan secara berjenjang dari tingkat sekolah, kabupaten/kota, propinsi hingga tingkat nasional.

Tujuan
Umum
Meningkatkan kecintaan dan apresiasi terhdap bidang olah raga dan seni
Meningkatkan ecakapan kolaboratif dan kooperasi
Meningkatkan kesehatan jasmani dan daya seni
Meningkatkan mutu akademis khusus
Menciptakan kondisi kompetitif secara sehat
Melatih sifat sportivitas dan tanggung jawab
Mengembangkan bakat dan minat dalam bidang olah raga dan seni
Khusus
Mengetahaui prestasi olah raga dan seni siswa melalui hasil dalam bentuk prestasi kejuaraan

Pengertian
PORSENI adalah suatu kegiatan bersifat kompetisi dibidang olah raga dan seni antara siswa SMP_MTs dalam lingkup wilayah tertentu

Sasaran
Siswa SMP-MTs Negeri dan Swasta termasuk SMP Terbuka

Hasil Yang diharapkan
Adanya peningkatan kondisi kesehatan jasmani dan peningkatan daya kreativitas siswa di sekolah sehingga dapat menunjang peningkatan kualitas akademis
Terpilihnya siswa terbaik dalam bidang olah raga dan seni, sebagai bibit unggul atlet dan siswa berbakat dalam bidang seni pada tingkat wilayah tertentu
Persyaratan Peserta
1. Masih berstatus sebagai siswa SMP-MTs, SMP Terbuka pada tanggal 30 Desember 2007, atau setidak-tidaknya pada saat PORSENI Tingkat Nasional.
2. Dapat mengikuti lomba secara penuh
3. Berumur 13-15 tahun, pada tanggal 30 Desember 2007/dilahirkan 1 Januari 1992 dan sesudahnya.
Dikirim oleh sekolah yang bersangkutan berdasarkan surat keputusan kepala sekolah ketika mengikuti PORSENI tingkat kecamatan dan kabupaten, dan dikirim oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota ketika mengikuti PORSENI tingkat Provinsi, dikirim oleh Dinas Pendidikan Provinsi ketika mengikuti PORSENI di tingkat nasional

Cabang Lomba
Atletik (putra-putri)
Lari 80 m
Lompat jauh
Lompat tinggi
Tolak Peluru
Renang (putra-putri)
Gaya bebas 50 m
Gaya dada 50 m
Gaya punggung 50 m
Gaya kupu-kupu 50 m
Bola Voli
Beregu putra
Beregu putri
4. Sepak Bola beregu putra
Tenis Meja
Tunggal Putra
Tunggal Putri
Bulu Tangkis
- Tunggal Putra
- Tunggal Putri
7. Karatedo (putra-putri)
8. Pencak silat (putra-putri)
9. Vokal Grup 1 tim (5 orang)
10. Seni Lukis (putra-putri)
Lomba membaca Al Qur’an (putra-putri) perorangan

Waktu Pelaksanaan

No
Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Tempat Pelaksanaan
1
Tingkat Sekolah
Mei 2007
Sekolah
2
Tingkat Kabupaten/Kota
Juni 2007
Ibukota Kabupaten/Kota
3
Tingkat Provinsi
17 – 18 Juli 2007
Ibu Kota Provinsi
4
Tingkat Nasional
24 – 28 Agustus 2007
Makasar


Kesemuanya Lomba diadakan oleh Panitia Pusat
Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama
Jl. Jenderal Sudirman, Gedung E. Lt. 15,16,17, Senayan , Jakarta 10270
Alamat surat PO BOX 4965, JKM 12049, Jakarta
Telp. +62 21 57900459, 5725683, fax + 62 21 57900459

“INFORMASI LEBIH LANJUT HUBUNGI KEPALA SEKOLAH / DINAS KABUPATEN / KOTA”



Tim SIM Dinas Pendidikan Propinsi DIY

Labels: